Reading supplement #13
Seri Kisah Burung Huhdud
Burung hudhud (hoope), secara fisik, memang kecil.
Namun, setelah ia “bergaul” dengan nabiyullah Sulaiman as. dan bahkan menjadi salah satu prajuritnya, ia menjadi “makhluq lain” yang tidak lagi “kecil”. Bahkan kisahnya menjadi sangat fenomenal, monumental dan bahkan abadi, karena diabadikan oleh Al-Qur’an al-Karim.
Hudhud yang kecil itu, tidak lagi “kecil”, karena ia telah memahami dengan baik visi, misi dan obsesi nabiyullah Sulaiman as. bahwa ada visi ambisius, missi besar dan obsesi yang tidak boleh melemah untuk membebaskan manusia dari keterbudakan oleh sesama hamba atau oleh benda, agar hanya menjadi penghamba Allah SWT. Dari ketidak adilan system dan aturan manusia kepada keadilan aturan Allah SWT, dari sempitnya perspektif dunia kepada luasnya jangkauan dunia dan akhirat.
Hudhud telah memahami dan menginternalisasi visi, misi dan obsesi ini, sehingga ia tidak lagi makhluq kecil yang hidupnya diawali dengan kelahirannya dan berakhir dengan kematiannya.
Hudhud, makhluq yang kecil itu, tidak lagi “kecil”, karena ia telah menggabungkan dirinya ke dalam “jama’ah” yang membawanya kepada proyek-proyek besar nan “ambisius”: mengislamkan dunia ini agar tunduk dan taat hanya kepada Allah SWT.
Hudhud, makhluq yang kecil itu, tidak lagi “kecil”, sebab, atas inisiatifnya sendiri, ia telah menempuh perjalanan di kawasan baru, kawasan yang belum dikenal sebelumnya. Istilahnya, ia telah melakukan jaulah istiksyafiyah, sebuah misi discovery yang sangat besar, terbang dari Palestina menuju Yaman, melalui gurun pasir yang panas nan tandus yang begitu luas dan menyimpan beribu mara bahaya.
Hudhud, makhluq yang kecil itu, tidak lagi “kecil”, saat ia menetapkan dan memantapkan niatnya, untuk tidak menjadi hudhud biasa, burung biasa, atau prajurit biasa. Ia tidak lagi “kecil” saat berazam (bertekad bulat) untuk menjadi “prajurit” yang luar biasa, dengan sebuah “proyek” istiksyafiyah (penjelajahan untuk menemukan “dunia” baru) yang belum dikenal sebelumnya.
Hudhud, makhluq yang kecil itu, tidak lagi “kecil” saat ia perkokoh nyalinya untuk keluar dari zona aman, zona sebagai prajurit biasa, prajurit yang paling banter menjalankan segala titah yang diterimanya dari pimpinannya.
Dengan tekad, azam dan nyali yang luar biasa inilah, akhirnya, si hudhud, makhluq kecil yang tidak lagi “kecil” itu, karenanya, dengan penuh keberanian, ia hadapi ancaman super berat nan hebat dari nabi Sulaiman as., dan dengan “pede habis” ia berkata: “Saya mengetahui sesuatu yang engkau – wahai nabiyullah Sulaiman as. – tidak mengetahuinya” (Q.S. an-Naml: 22).
Luar biasa…dahsyat…hebat…
Nabi Sulaiman as., seorang nabi yang menguasai jin, manusia, binatang, angin, burung, bahkan para syetan itu, si hudhud kecil berani berkata di hadapannya: “Saya mengetahui sesuatu yang engkau – wahai nabiyullah Sulaiman as. – tidak mengetahuinya”??? (Q.S. an-Naml: 22).
Sungguh-sungguh luar biasa … dahsyat … dan hebat dia.
Ya, itulah hudhud, makhluq kecil yang tidak lagi “kecil”, ia telah menjadi “makhluq lain”, makhluq yang mempunyai ihathah (pengetahuan lengkap nan detil) tentang sebuah negeri, yang nabi Sulaiman as. belum mengetahuinya.
Dan bahkan, ialah penyebab terhidayahinya ratu Bilqis; ratu Saba’ itu, bersama seluruh rakyatnya!!!
Karenanya, si hudhud yang ini, sekarang ini, bukan lagi makhluq kecil yang tetap kecil, ia telah menjadi “makhluq lain”, yang fenomenal, monumental dan abadi…
Sumber: http://musyafa.com/