Pentingnya Menjaga Ukhuwah Islamiyyah

Islam adalah agama yang membawa rahmat pada semesta Alam, oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW diutus tidak hanya untuk Ummat pada Zamannya saja sebagaimana nabi-nabi sebelumnya, namun Nabi diutus untuk membawa agama ini bagi alam semesta,

Allah SWT berfirman dalam Surat Al Anbiya (17/21) ayat 107 :

107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Karena ruang lingkup agama ini adalah alam semesta, maka Islam menjadi agama yang paling sempurna ajarannya, paling paripurna aturannya, paling sesuai dengan kebutuhan manusia di segala zaman (Syumuliatuz-zaman) dan di segala tempat (Syumuliyatul Makan), sebab Islam memang sempurna dari seluruh sisi (Syumuliatul Islam). Islam mengatur manusia mulai dari bangun tidur di atas ranjang hingga bangun peradaban di tengah masyarakat modern, Islam memberikan tuntunan mulai dari cara makan hingga mengelola perekonomian.

Image by husainbawa1 from Pixabay

Salah satu Bab yang juga menjadi bagian penting dari ajaran agama kita ini adalah tentang persaudaraan sesama muslim atau Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah berasal dari Bahasa Arab yang masdarnya adalah Akhu (Saudara). Allah berfirman dalam Surat Al Hujurat (26/49) ayat 10 :


10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Mengapa kita semua bersaudara? Pertama, karena kita semua berasal dari sumber yang sama, dari keturunan yang sama, yaitu dari Nabi Adam AS dan Hawa, sebagaimana firman Allah dalam surat Annisa ayat 1 :

1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Kedua, karena kita adalah makhluk sosial yang selalu bergantung kepada orang lain. Mengapa kita bisa lahir ke dunia ini? bagaimana proses kita dilahirkan? Bukankah disitu ada peran Ayah, Ibu dan Bidan atau Dokter yang membantu persalinan kita? Siapa yang memberikan nama untuk kita? Siapa yang memberikan kita biaya pendidikan dan biaya hidup kita saat kecil dahulu? Kelak ketika kita wafat, akankah kita bisa mengurus diri kita sendiri? Pasti kita membutuhkan orang lain.

Image by Engin_Akyurt from Pixabay

Betapa pentingnya persaudaraan dalam Islam. Bahkan Sejarah membuktikan bahwa sebelum turun Syariat Pemindahan Kiblat, Sebelum turun Syariat Puasa Ramadhan, Zakat dan Jihad. Maka nabi terlebih dahulu mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar. Nabi menta’akhi-kan mereka semua di awal-awal kedatangan baginda di Madinah Al Munawaroh.

Mereka berasal dari kota yang berbeda, dengan latar belakang profesi yang berbeda dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya, namun perbedaan-perbedaan itu tidak menghalangi mereka untuk dapat bersaudara. Betapa indah Allah memberitahukan kepada kita tentang bagaimana persaudaraan mereka. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hasyr Ayat 59 :

9. dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.

Dalam beberapa riwayat yang Shahih, Asbabunnuzul turunnya ayat ini adalah berkenaan dengan sebuah kisah yang sangat menyentuh perasaan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seseorang yang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam keadaan lapar), lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali air”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshâr berseru: “Saya,” lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, dan ia berkata kepada sang istri: “Muliakanlah tamu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam !” Istrinya menjawab: “Kami tidak memiliki apapun kecuali jatah makanan untuk anak-anak”. Orang Anshâr itu berkata: “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!”

Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seakan mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Malam ini Allah takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat di atas.

Photo by ‏🌸🙌 فی عین الله on Unsplash

Simaklah indahnya persaudaraan yang indah antara ‘Abdurrahmân bin ‘Auf Radhiyallahu anhu dengan Sa’ad bin Rabi’ Radhiyallahu anhu. Sa’ad Radhiyallahu anhu berkata kepada ‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu : “Aku adalah kaum Anshâr yang paling banyak harta. Aku akan membagi hartaku setengah untukmu. Pilihlah di antara istriku yang kau inginkan, (dan) aku akan menceraikannya untukmu. Jika selesai masa ‘iddahnya, engkau bisa menikahinya”. Mendengar pernyataan saudaranya itu, ‘Abdurrahmân Radhiyallahu anhu menjawab: “Aku tidak membutuhkan hal itu. Adakah pasar -di sekitar sini- tempat berjual-beli?” (i)

Ukhuwah Islamiyyah inilah pondasi dasar terciptanya masyarakat muslim Madinah sehingga Islam tumbuh begitu pesatnya, bahkan hingga sampai di tanah air kita tercinta. Maka, saat ini salah satu tugas kita adalah menjaga ukhuwah itu, menjaga persaudaraan kita, terlebih lagi saat ini kita berada jauh dari tanah air, jauh dari saudara kandung dan jauh dari orang tua kita masing-masing.

Setelah kita memahami pentingnya menjaga Ukhuwah Islamiyyah, maka menjadi penting kiranya kita mengetahui hal-hal yang dapat merusak Ukhuwah Islamiyah, diantara hal-hal yang berpotensi merusak Ukhuwah sesama kita adalah:

1. Ghibah

Ghibah atau menggunjing adalah salah satu perusak Ukhuwah diantara kita, nabi bersabda tentang hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ « : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالُوا: ه اللَُّ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ
فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُولُ ف قَدْ بَهَتهه

“Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” Mereka berkata, “Allâh dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalian menyebut saudaramu dengan apa yang dia tidak sukai”. Dikatakan, “Apa pendapat Anda jika apa yang aku sebutkan ada pada saudaraku?”

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika apa yang engkau katakan ada padanya, sungguh engkau telah men-ghibah-nya, jika yang kau katakan tidak benar sungguh engkau berdusta dan mengada-ada” (ii)

Allah Subhanahu Wata’ala sangat melarang hal ini, bahkan mengibaratkannya seperti memakan bangkai manusia. Allah berfirman :

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

2. Hasad

Makna sederhana dari hasad atau dengki ini adalah susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah. Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa hasad ini merupakan penyakit jiwa yang menimpa mayoritas manusia, tidak ada yang terlepas kecuali sedikit. Karena itu beliau mengatakan, ‘Tidak akan kosong sebuah jasad dari hasad, tetapi orang tercela menampakkannya dan orang mulia akan menyembunyikannya” (iii).

3. Namimah

Namimah difahami dalam bahasa Indonesia dengan pengertian “Adu Domba” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits berikut:

Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya nabi Muhammad Solallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adhhu ? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia” (iv)

Semoga ukhuwah kita terus terjaga, persaudaraan kita terus terjalin sehingga Allah memberikan kita keberkahan dalam hidup, kemudahan dalam belajar, kelancaran dalam kerja dan bisnis dan kelak Allah wafatkan kita dalam keadaan terbaik, yakni keadaan Husnul Khotimah. Aamiin ya robbal ‘alamin.

Disampaikan pada pengajian TAKBIR di University Of Birmingham, United Kingdom 7 Desember 2019

Catatan Kaki:
    1.  Hadits ini selengkapnya bisa dilihat dalam Shahîh al-Bukhâri, al-Fath, 9/133-134, no. 2048.
    2. Hadist Shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim, no hadist 2589
    3. Ibnu Taimiyah, Amrâd al-Qulûb wa Syifâuha, hlm. 21
    4. H.R. Muslim no 6802
Tentang Penulis:

Fahmi Irhamsyah pernah mengeyam pendidikan S2 Universitas Negeri Jakarta dan juga studi Bahasa Arab LIPIA Jakarta. Beliau juga adalah alumnus Ma’had Tahfidz Utsman Bin Affan Jakarta.

Beliau saat ini mendampingi istri yang sedang mengambil studi master di University of Birmingham. Beliau juga mengambil studi non degree di CPD School Of Education University of Birmingham, UK.

Ustadz Fahmi juga sering menjadi penceramah di beberapa lokaliti di UK dan merupakan penulis Biografi da’wah Syaikh Tarbiyah Indonesia (1972-2005) dan Ensiklopedia Pendidikan Karakter Bangsa

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.