Muslim Dan Riot Inggris

Photo: Guardian.co.uk

Riot…kerusuhan membakar London dan menjalar ke kota besar di sekitarnya. Manchester, Birmingham, Glouchester. Begitu matahari turun, gelap menyelimuti bumi, perusuh keluar dan membuat kerusakan.
Pola selalu sama. Mereka mengkoordinasi titik kerusuhan melalui jejaring media sosial seperti twitter atau Blackberry Messenger. Sekitar 100-200 perusuh berkumpul. Mereka membongkar paksa toko besar berjaringan seperti Carphone Warehouse, Aldy atau toko milik keluarga seperti corner shop atau barber. Mereka menjarah barang-barang berharga. Ada yang nampak menggeret TV plasma, ada yang melucuti etalase toko, menenteng biola curian dari toko alat musik, ada yang sekedar mengambil sebotol minuman alkohol.
Pada beberapa titik, mereka membakar toko dan rumah tinggal. Salah satunya toko antik Reeves Furniture Shop, Croydon, yang termasuk daftar bangunan bersejarah. Toko itu berusia 144 tahun. Dengan demikian Inggris kehilangan artifak sejarah.

Masyarakat lokal menyaksikan perusuh yang berusia antara 15-16 tahun itu menutup muka mereka dengan balaklava dan hoodie. Mereka tertawa saat menghancurkan toko itu. “Saya pikir, mereka melakukan itu karena menyenangkan hati  mereka. Saya tidak tahu harus berkata apa karena toko itu berdiri lebih dari seratus tahun,” ungkap Sharon Tugwell (50) seorang perawat (sumber Mirror.co.uk)
Di  Shacklewell Lane, komunitas Turki dipuji karena mengamankan daerah mereka dari perusuh. Setelah satu bus terbakar tak jauh dari mereka, pemilik toko yang bersenjatakan tongkat itu mengejar perusuh sampai kabur. Mereka kemudian melakukan piket penjagaan bergantian.
Keberanian dan kekompakan mereka membuat toko-toko di daerah tersebut aman dan tetap buka melayani pelanggan. Di daerah lain toko tutup sesuai dengan nasehat polisi. Reporter Guardian, Paul Lewis melukiskan suasana Kingsland Road, Hackney: ‘Kingsland Road rusuh. Lelaki Turki menyerang penjarah yang mayoritas anak muda berkulit hitam dengan tongkat, perisai dan batu bata.’

Di Barking, mahasiswa asal Malaysia, Ashraf Haziq (20) dianiaya sekelompok pemuda yang ingin merebut sepedanya. Dia diancam dengan pisau. Dia diserang hingga rahangnya pecah dan gigi depannya patah. Saat dia berlumuran darah dan pusing seperti itu, beberapa orang menolongnya bangkit. Akan tetapi, yang menyesakkan, begitu Ashraf berdiri, ‘penolong’ itu mengambil semua isi ransel Ashraf. Pemuda yang baru sebulan datang ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan itu kehilangan HP, dompet dan lain-lain.
Episode Ashraf terekam di video dan disebarkan di Youtube. Masyarakat Inggris marah melihat aksi yang tidak berperikemanusiaan ini. Di antara mereka ada yang membuat website somethingniceforhaziq. Selama tiga hari terkumpul uang 20 ribu pound yang akan dibelanjakan untuk memberikan kenangan indah pada Ashraf, sebagai ganti akan pengalaman buruknya.
Terakhir, tiga Muslim keturunan Asia di Birmingham meninggal karena ditabrak lari mobil perusuh. Mereka baru saja selesai Tarawih, keluar mesjid dan menggabungkan diri dengan muslim yang lain, berjaga di sekitar toko-toko mereka.
Tariq Jahan mendengar kecelakaan di Winson Green, Birmingham tengah malam, Rabu (10/08) dan berlari untuk menolong. “Insting saya menolong tiga orang itu,” jelasnya pada reporter. “Saya tidak tahu siapa mereka. Saya sedang menolong lelaki pertama dan seseorang datang dari belakang dan mengatakan anak saya terkapar di belakang. Saya melakukan resusitasi jantung padanya. Muka dan tangan saya berlumuran darah anak lelaki saya.” Haroon, anak bungsunya terbunuh malam itu pada usia 21 tahun: bersamanya dua saudara Shazad Ali, 30, dan Abdul Musavir, 31 (Guardian.co.uk).
Haroon Jahan dan dua temannya ditubruk mobil hingga terlempar ke udara ‘seperti bola tenis’ saat mereka sedang berjaga-jaga bersama yang lain, melindungi daerah mereka dari penjarah. Pembunuhan ini menimbulkan ketegangan ras di Birmingham karena polisi mengakui telah menangkap lelaki kulit hitam sebagai tersangka pembunuhan itu.
Masyarakat setempat mengatakan, gang Afro-Karibia terlihat mengitari daerah mereka, membakari mobil dan berteriak pada muslim, ‘Kalian akan dibakar!’ sebelum penabrakan itu.
**
London 2011, entah kenapa menyeruakkan bau Indonesia 1998. Kekuatan ekonomi melemah, rakyat miskin membanyak, kesejahteraan terampas.
Pertanyaannya, kenapa?
Betul bahwa keadaan serba sulit cenderung membuat orang mudah putus asa dan sulit menggunakan logika dan akal sehat. Tapi, toh, keadaan sulit pernah dialami Inggris masa lalu? Pasca Perang Dunia II Inggris sama hancurnya dengan yang lain. Juga Indonesia yang saat itu berbaju karung goni tanpa terompah. Tapi tidak membuat nilai moralitas diinjak-injak.
Apakah karena multi kulturalisme? Sebagian orang mencoba menyudutkan keterbukaan Inggris akan imigran sebagai pemicu kerusuhan. Andai, menurut mereka, semua yang hidup di Inggris orang kulit putih dengan agama seragam, kerusuhan tidak akan terjadi. Padahal, 30 tahun lalu, kerusuhan dengan modus yang sama juga mengguncang kota-kota besar di Inggris, saat imigran baru sedikit. Dan, dari foto-foto yang beredar, warna kulit perusuh tidak steril dari warna putih.
Lebih jauh lagi, gerakan  yang digagas www.riotcleanup.com untuk mengajak masyarakat membersihkan kota diikuti oleh manusia berkulit aneka warna. Mereka datang ke lokasi tempat kerusuhan dengan muka atau baju bertuliskan ‘Saya Cinta Manchester’ dll. Mereka bekerja sepanjang pagi mengembalikan wajah bersih kota. Ini bukti, kecintaan akan kedamaian dan ketentraman milik semua etnis.
Ada yang mencoba menyudutkan Islam, tapi gagal karena terbukti muslim di berbagai tempat bergerak melindungi daerah mereka –yang sebenarnya tugas polisi.
Analisa yang lain kebangkrutan moral masyarakat Inggris dari level atas sampai bawah. Tak berbeda dengan Indonesia. Kasus MP (anggota parlemen) yang mengutik-atik lembar pengeluaran personal sehingga terjadi mark up; polisi yang menerapkan penyidikan bias warna kulit dan pada kasus penyadapan telepon oleh Koran News of the World Rupert Murdoch menerima uang dari media; yang kaya dibiarkan membawa usahanya keluar Inggris sehingga tak terkena pajak penghasilan.
Kebangkrutan moral pemimpin yang meruyak sampai ke level di bawahnya. Lalu di mana Muslim?
**
Jumlah muslim di Inggris diprediksi pada 2010 oleh Pew Forum on Religion and Public Life sekitar tiga juta, setara dengan 4.6% dari jumlah populasi. Ini jumlah ketiga komunitas muslim terbesar di Eropa setelah Jerman (4,119,000) dan Perancis (3,574,000). Sumber lain, memperkirakan jumlah komunitas muslim mendekati angka 4 juta.
Setengah darinya berasal dari Pakistan. Sisanya dari Timur Tengah, Afrika Utara, Banglades dan India. Komunitas muslim terbesar ada di London Raya, West Midlands, Yorkshire Barat, Lancashire dan Scotland pusat. (bbc.co.uk)
Tariq Jahan adalah generasi muslim pertama Inggris asal Pakistan. Ketika ratusan pemuda muslim Birmingham berkumpul usai Tarawih, Tariq, bapak Haroon, meminta mereka untuk tidak membalas dendam.
“Saya kehilangan anak saya. Hitam, Asia, Putih- kita semua hidup dalam satu komunitas. Mengapa kita harus membunuh satu sama lain? Mengapa kita melakukan ini? Ayo, ke depan jika ada di antara kalian yang ingin kehilangan anak kalian. Kalau tidak, tenanglah dan pulanglah ke rumah,” pintanya.
**

Maimon Herawati

Dosen Universitas Padjajaran dan penulis muslimah dengan nama pena Muthmainnah  ini sedang mukim di UK untuk menyelesaikan PHdnya.

Artikel ini diterbitkan di majalah Ummi. Indonesia.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.