Oleh: M. Wachid Romadlon
Shalat adalah sarana seorang muslim berkomunikasi dengan Allah. Salat yang dilakukan dengan benar akan membuahkan hubungan mesra antara seorang hamba dengan Rabnya. Maka tidak heran jika kemudian setiap gerak dan perbuatan seorang muslim akan selalu bernuansa ketaatan, pribadinya indah karena selalu diliputi oleh cahaya takwa.
Salat yang dilakukan dengan khusyu bak taman indah untuk bercengkrama dengan kekasih, oase bagi jiwa yang kekeringan.
Sebaliknya, salat tanpa khusyu hanyalah seperti jasad tanpa ruh. Dia hanya menjadi gerakan tanpa makna, bahkan rutinitas yang membosankan. Salat yang jauh dari khusyu hanya melelahkan jasad, dan tidak mendatangkan ketenangan, apalagi memberikan pengaruh kebaikan dalam prilaku. Jadi tidak heran kalau banyak orang yang melaksanakan salat, tapi juga tetap asyik berbuat kemungkaran dan kerusakan.
Rasulullah Saw. pernah menegaskan bahwa hal yang pertama kali hilang dari umatnya adalah khusyu.
قال النبي صلى الله عليه وسلم: أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا
Nabi Saw. bersabda, “Hal pertama yang akan diangkat dari umat ini adalah khusyu, sampai-sampai engkau tidak akan melihat seorang yang khusyu.” (HR. Thabrani)
sedangkan hal yang paling lama bertahan pada umatnya adalah salat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” … وَآخِرُ مَا يَبْقَى مِنْهَا الصَّلَاةُ – يُخَيَّلُ إِلَيَّ أَنْ قَالَ -: وَقَدْ يُصَلِّي قَوْمٌ لَا خَلَاقَ لَهُمْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “… dan perkara yang paling lama bertahan adalah salat” terbayang kepadaku beliau mengatakan, “Bisa jadi suatu kaum salat tapi tidak mendapat pahala apa-apa” (Musnad Abu Ya`la :6634, didhaifkan oleh seikh Al-Bani dalam Silsilah Dha`ifah wal Maudhu`ah)
Dengan kata lain, banyak umat Muhammad Saw. di akhir zaman yang salatnya tanpa ruh, tanpa khusyu, sebatas menggugurkan kewajiban saja. Pada saat itulah salat tidak lagi menjadi kontrol atas perilaku keji dan munkar, dia hanya gerakan “senam” tanpa makna.
Perintah untuk menghadirkan khusyu dalam salat
Allah berfirman dalam al-Quran:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِ (البقرة: 45)
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 45)
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (المؤمنون: 1-2)
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al-Mukminun: 1-2)
Dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:
لَا يَزَالُ اللَّهُ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ، فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ (المستدرك على الصحيحين للحاكم)
“Allah senantiasa menghadap kepada hamba-Nya (ketika salat) selama hamba tersebut tidak mamalingkan wajahnya. Namun apabila dia memalingkan wajahnya, Allah juga akan berpaling darinya.” (al-Mustadrak Imam Hakim)
Ibnul Qayyim pernah mengatakan bahwa seorang hamba mempunyai dua mauqif (tempat berdiri), kalau mauqif yang pertama baik, maka yang kedua akan baik, yaitu mauqif salat dan mauqif hisab (perhitungan amal).
Khusyu Rasulullah Saw, para sahabat, dan tabi`in.
Khusyunya Rasulullah Saw.
Salat bagi Rasulullah Saw. adalah sarana menenagkan jiwa yang selalu dirindu, sehingga beliu pernah bersabda, “Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat.”
Nah, bagaimanakan sifat salat Rasulullah Saw. ?
وعن عبدالله بن الشخير رضي الله عنه قال: «أتيت النبي صلى الله عليه وسلم وهو يصلي ولجوفه أزيز كأزيز المرجل من البكاء».رواه أبو داود والنسائي وصححه الألباني.
Dari Abdullah bin Syukhair Ra. beliau menceritakan, “Saya mendatangi Nabi Saw. saat beliau sedang salat dan dari jauf (daerah antara tenggorokan sampai ke mulut)ya terdengar suara seperti air mendidih karena menangis.” (HR. Abu Daud dan Nasa`I, disahihkan oleh al-Bani)
Atho dan Ibnu Umair pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: ” Ceritakan kepadaku apa yang paling Anda kagumi dari Rasulullah?” Aisyah sejenak terdiam lalu berkata, ” Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk salat, beliau berkata: “Wahai Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku.” Aku berkata, “Sesungguhnya aku senang bersamamu dan aku senang menyenangkanmu”. Beliau pun bangun dan salat, lalu menangis dalam salatnya sehingga janggutnya basah, beliau terus saja manangis sampai lantai kamarku basah (karena air mata beliau). Lalu berkumandanglah adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena menangis, Bilal pun bertanya, ” Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Rasulullah Saw. menjawab, “Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang rugilah orang yang membacanya dan tidak menghayatinya (yaitu ayat Ali Imran 190-194).” (Sahih Ibnu Hibban).)
Khusyu Abu Bakar Ra.
Dari Aisyah Ra. berkata, “Ketika sakit Rasulullah Saw. semakin parah, Bilal mengumadangkan azan untuk salat. Beliau Saw. mengatakan, “Perintahkan Abu bakar untuk mengimami salat!” Aku mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang cengeng, jika dia menggantikan posisi Anda, dia tidak akan bersuara, perintahkan umar saja!” tapi beliau berkata lagi, “Perintahkan Abu Bakar mengimami salat.” (HR. Bukhari Muslim)
Khusyu Umar bin Khattab
Umar yang perkasa itu adalah orang yang sangat mudah menangis dalam salat dan ketika membaca atau mendengar al-Quran, sehingga di pipinya tergambar dua garis karena terlalu sering airmatanya mengalir.
Urwah bin Zubair
Dalam perjalanan dari Madinah ke Damaskus, beliau menjalani amputasi kaki, tapi tanpa obat bius, beliau memerintahkan agar amputasi dilaksanakan ketika beliau sujud dalam salat. Akhirnya amputasipun sukses tanpa bius. Khusyunya mengalahkan sayatan gergaji yang memotong kakinya.
Sufyan ats-Tsauri
Suatu saat setelah melaksanakan salat maghrib di Masjidil Haram, Sufyan berdiri lagi untuk melaksanakan salat sunat. Ketika sujud, dia tenggelam dalam khusyu yang sangat dalam, dan baru mengangkat kepalanya ketika azan Isya berkumandang.
Ibnu taimiyah
Murid-murid Ibnu Taimiyah selalu bersiap-siap menyangga tubuh beliau menjelang takbiratul ihram. Tubuh sang Guru ini selalu bergetar dan hampir jatuh saat takbiratul ihram karena takut kepada Allah.
Makna khsuyu`
Ibnu al Qayyim al Jauziyah mendevinisikan khusyu dengan merendahkan hati di hadapan (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara gaib.
Khusyu hati akan melahirkan khusyu anggota badan. Ketika hati seorang muslim merasakan bahwa dirinya sedang berdiri di depan Sang Khalik Swt. tentu seluruh anggota badannya akan mengikutinya dengan diam penuh kepasrahan. Inilah yang disebut dengan khusyu mukmin. Sa`id bin al-Musayyab mengatakan,” Kalau hati telah khusyu maka seluruh anggota badan akan khusyu juga.”
Sebaliknya, ketika hati sibuk dengan perkara dunia maka gerakan salat akan jauh dari sempurna, jauh dari tumakninah dan setan semakin bersemangat meniupkan was-was ke dalam hatinya. Inilah yang disebut oleh Rasulullah Saw. sebagai pencuri salat.
Rasulullah saw. bersabda, ” Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri salat.” “Bagaimana itu wahai Rasulullah?”, tanya sahabat. “Mereka yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih)
Khusyu yang harus diwaspadai oleh seorang muslim adalah khusyu nifaq, yaitu ketika seluruh anggota badan terlihat tenang, gerakan salat sempurna dan tumakninah, padahal sebenarnya Allah tidak hadir dalam hatinya. Dia hanya mengharapkan pujian dan penilaian manusia. Inilah sifat salat orang munafik, penuh dengan kepura-puraan dan riya.
Langkah meraih khusyu dalam salat
Bagaimanakah cara meraih khusyu yang sebeanrnya? Berikut ini adalah beberapa tips -yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan salat- yang akan mengantarkan kepada salat yang khusyu insya Allah.
Segera bersiap ketika azan berkumandang dan lebih awal hadir di Masjid.
Aisyah menuturkan, “Rasulullah Saw. selalu membantu pekerjaan keluargaya, tapi setiap kali waktu salat tiba beliau segera beranjak –dalam lafal yang lain- seakan-akan beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau.”
Tuntaskan perkara yang akan mengganggu khusyu, seperti makan, buang air dan lain-lain.
أبو الدرداء يقول: “من فقه الرجل أن ينهي حاجته قبل دخوله في الصلاة؛ ليدخل في الصلاة وقلبه فارغ“
Abu Darda` berkata, “Salah satu bukti pahamnya seseorang (terhadap agamanya) adalah menuntaskan hajatnya sebelum mulai salat, sehingga masuk dalam salat dengan hati yang khusyu.”
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Tidak baik salat di hadapan makanan” (Muslim). Riwayat lain mengatakan “Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu salat, maka dahulukan makan malam” (Bukhari).
Hindari pakaian yang bergambar
Disunahkah memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan menarik pandangan orang yang salat dan mengganggu konsentrasinya dalam salat. Rasulullah pernah salat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).
Memakai wangi-wangian dan menghindari bau mulut yang tidak sedap.
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا : النِّسَاءُ وَالطِّيبُ ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ )رواه النسائي)
Dari Anas Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, ” Dicintakan kepadaku dari dunia ini: wanita, dan wangi-wangian. Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam salat” (HR. Thabrani)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من أكل من هذه الشجرة فلا يقربن مسجدنا ، ولا يؤذينا بريح الثوم (رواه مسلم والنسائي وابن ماجه)
Rasulullah Saw. bersabda, “barangsiapa makan dari pohon ini (maksudnya bawang merah) maka jangan mendekati masjid kami, dan jangan menyakiti kami dengan bau bawang putih.” (HR. Muslim, Nasai, dan Ibnu Majah)
Berangkat ke masji dengan tenang dan tidak berlari.
Rasulullah Saw. bersabda,
إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ فَلاَ تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ بالسَّكِينَةُ والوقار، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ فِي الصَلاَةٍ مَا كَانَ يَعْمِدُ إِلَى الصَّلاَةِ.(الموطأ )
“Apabila terdengar panggilan salat, janganlah kalian mendatanginya dengan lari-lari kecil, tapi datanglah dengan tenang. Ikuti gerakan imam yang kalian dapati, dan adapun yang tertinggal maka sempurnakanlah. Sesungguhnya kalian dihitung salat, selama sudah berniat melaksanakannya.” (al-Muwatha`)
Berwudlu dengan sempurna
Imam Zainal Abidin Setiap kali selesai berwudlu, wajahnya berubah pucat dan tubuhnya bergetar. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau menjawab, “Tahukah engkau, di depan siapa sebantar lagi aku akan berdiri?”
Mengawali dengan salat sunat dan zikir.
Mengingat kematian.
Hatim al Asham ketika ditanya bagaimana cara khusyu, dia mengatakan, “Saya membayangkan surga di sisi kananku, neraka di sisi kiriku, shirath tepat di bawahku, ka`bah di hadapanku, malaikat maut di atas kepalaku, dosaku mengelilingiku, pandangan Allah melihat kepadaku, dan aku mengira itu salat terakhir dalam hidupku, aku hadirkan keikhlasan semampuku, dan aku pasrah, aku tidak tahu apakah Allah akan menerimanya.”
Memasang sutrah (pembatas salat).
Sebaiknya ketika salat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi. Rasulullah s.a.w. bersabda, ” Hendaklah kalian ketika salat menaruh pembatas di depannya agar syetan tidak memutuskan salatnya.” (Abu Dawud: sahih)
Memaknai takbiratul ihram
Ihram artinya mengharamkan, istilah takbiratul ihram karena takbir tersebut mengharamkan perkara-perkara boleh dilakukan sebelum masuk ke dalam salat.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.
Rasulullah s.a.w. bersabda,” Kami para nabi diperintahkan agar dalam salat meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah dengan khusyu’. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih mengantarkan kepada kekhusyu’an.
Membaca al-Quran dengan tartil.
Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu’an. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ * قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا * نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا * أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا* (المزمل:1-4)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil). (QS. Al-Muzammil: 1-4)
Sifat bacaan Nabi Saw.
Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam salat dengan basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).
Membaca dengan suara merdu
Rasulullah s.a.w. berpesan, “Perindahlah al-Qur’an dengan suaramu yang merdu, karena suara yang indah akan memperindah al-Quran” (Hakim:sahih). Dalam hadist lain beliau bersabda, “Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran, adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada Allah. (Ibnu Majah: sahih).
Membaca dengan tadabbur.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (ص: 29)
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shad: 29)
Dialog antara Allah dan hambanya dalam surat al-Fatihah
Rasulullah Saw. bersabda bahwa Allah Swt berfirman (dalam hadits qudsi), “Aku membagi salat untuk-Ku dan untuk hamba-Ku menjadi dua bagian. Setengah untuk-Ku, setengah lainnya untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku apa yang dia minta. Jika hamba membaca “Alhamdulillahi Rabbil `Alamin” maka Allah Azza wa Jalla mengatakan “Hamba-Ku memujiku”, jika hamba membaca “ar rahmanirrahim” maka Allah berkata, “hamba-Ku menyanjung-Ku “, jika hamba membaca “Maliki Yaumiddin” maka Allah berkata “hamba-Ku mengagungkan-Ku”, jika hamba membaca “Iyyaka na`budu wa iyyaka nasta`in” maka Allah berkata, “Ayat ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya”, jika hamba membaca,” Ihdinash shiratal mustaqim, shiratal lazhina an`amta `alaihim ghairil maghdhubi `alaihim waladh dhaliin” maka Allah berkata, “Itu semua untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku itu apa yang dia minta.”
Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud.
Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika salat beliau menundukkan kepalanya, dan pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim:sahih).
Nah, Bolehkah memejamkan mata dalam salat?
Pendapat sebagian orang yang melakukan salat dengan memejamkan mata dengan dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhusyu’an. Sesungguhnya itu bertentangan dengan contoh yang diberikan Rasulullah Saw. Beliau diriwayatkan tidak pernah salat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat salat hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat salat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.
Larangan melihat ke atas
Ketika salat, pandangan tidak boleh mengarah ke atas, berdasarkan hadits Rasulullah Saw, “Ada orang-orang salat sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali” (HR. Ahmad:sahih).
Perbanyak doa saat sujud
Berdoa dalam salat, khususnya saat sujud. Rasulullah Saw. bersabda, “Posisi yang paling dekat antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah berdoa ketika sujud” (Muslim).
Tumakninah
Tumakninah artinya tenang dan tidak tergesa-gesa, atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan rukun salat, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna. Tumakninah adalah salah satu rukun salat, sehingga kalau terlewati maka salat seorang muslim tidak sempurna. Diriwayatkan dalam hadits bahwa Rasulullah Saw. menyuruh seorang yang salat tergesa-gesa dan tidak tumakninah. Beliau mengatakan, “Salatlah, karena sebenarnya engkau belum salat”
Selain beberapa hal di atas, seorang yang ingin meraih khusyu perlu melakukan beberapa langkah penting, walaupun tidak langsung berhubungan dengan mekanisme palaksanaan salat, tapi akan sangat berpengaruh dalam meraih khusyu dalam salat.
Pertama, taubat dan meninggalkan maksiat.
Imam Abu Hanifah berkata kepada muridnya yang sulit bangun malam untuk qiyamullail,” Dosamu membelenggumu).
Hati yang selalu disiram dengan istighfar kepada Allah akan selalu tersambung kepada Allah, sedangkan hati yang selalu terisi oleh noda dosa dan maksiat akan sulit tersambung kepada-Nya.
Kedua, latihan dan pembiasaan
Setiap orang akan merasa kesulitan setiap kali manjalani aktifitas yang baru. Namun semakin lama seseorang berlatih dan membiasakan diri, maka perkara yang awalnya sulit akan menjadi mudah.
Ketiga, berdoa kepada Allah agar diberikan khusyu dalam salat.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمن نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ، ومن عين لا تدمع وَمن عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، وَمن دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dari mata yang tidak dapat menangis (karena takut kepada Allah), dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabulkan.”
Penutup
Demikianlah beberapa langkah untuk meraih salat khusyu. Semoga Allah memudahkan langkah dan menguatkan hati meraih kenikmatan khusyu, sehingga salat kita berbuah kebaikan, menggugurkan dosa, menghalangi dari perilaku keji, dan menjadi taman hati yang selalu dirindu, bukan rutinitas yang justru membosankan. Wallahu A`lam.
Pingback: Khusyu : Cerita Seorang Teman | chikoblogs