Hubungan antara seorang suami istri merupakan hubungan yang sangat penuh dengan hal yang mengagumkan. Tidak mudah digambarkan dengan kata-kata, betapa rasa cinta, kasih sayang, keintiman, kedamaian serta kesejukan yang ada mengisi hati kedua pasangan manusia. Penjelasan rasionalnya adalah bahwa semua inilah anugerah dari Allah yang Maha Rahman dan Rahim, dan semua itulah kehendak Allah. Dengan semua kuasa dan kehendak-Nya, Dialah yang menciptakan dan membuat perasaan ini hadir di hati pasangan suami istri.
Allah mengingatkan kepada manusia yang mencari keberadaanNya bahwa salah satu tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menjadikan rasa kasih dan sayang. Allah berfirman, yang artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS. Ar-Ruum 30:21)
Rasulullah saw bersabda, yang artinya : “Apabila datang kepada kalian seorang laki-laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahilah dia, dan jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim) , “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya” (HR Tirmidzi) , “’Siapakah orang yang paling besar haknya atas seorang wanita ?’ Rasulullah menjawab, ‘Suaminya !’ Selanjutnya Aisyah bertanya, ‘Lantas siapakah yang paling besar haknya atas seorang laki-laki ?’ Beliau menjawab, ‘Ibunya’” (HR al-Bazzar)
Bagaimana Istri Meraih Cinta Suami/Istri ?
1. Niat tulus dan ikhlas karena Allah untuk berbakti kepada suami sambil berharap pahala Allah, mencintai suami/istri dalam rangka cinta kepada Allah
Rasulullah saw bersabda, “Apabila seorang perempuan menunaikan shalat, puasa, memelihara kemaluannya dan berbakti, mentaati suaminya, dia akan masuk syurga.” (HR al-Bazzar).
C i n t a adalah ekspresi perasaan suka, senang, iba, puas seseorang terhadap sesuatu dengan pengorbanan yang ikhlas dan benar-benar tanggung jawab untuk mencapai tujuan/cita-cita yang diharapkan
Allah swt berfirman, yang artinya :
“Katakanlah, ‘Jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri, kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (QS. at-Taubah 9:24).
2. Mendorong suami untuk mentaati Allah dan berinfak di jalan Allah
Wanita muslimah yang senantiasa berada di bawah bimbingan Islam selalu mendorong suaminya untuk mentaati Allah, baik dalam ibadah mahdhah (khusus) maupun ghairu mahdhah (umum). Selain itu, dia juga harus mendorong suaminya untuk berinfak di jalan Allah, bukan mendorong untuk memboroskan harta atau menghambur-hamburkannya (berfoya-foya). Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada laki-laki yang bangun malam dan mengerjakan shalat, lalu membangunkan istrinya untuk mengerjakan shalat. Jika istrinya itu tidak mau, dia (suami) akan mencipratkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah memberikan rahmat kepada wanita bangun yang malam dan mengerjakan shalat, lalu membangunkan suaminya untuk mengerjakan shalat. Jika suaminya itu tidak mau, dia (suami) akan mencipratkan air ke wajahnya” (HR Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Majah).
3. Mengenali kecenderungan dan kesukaan suami
Kenali kecenderungan suami anda, apakah ia menyukai penampilan yang wah atau yang sederhana? Kemudian setiap bersamanya, sesuaikan penampilan anda dengan kecenderungannya itu. “Sebaik-baik perempuan adalah yang menyenangkanmu bila engkau memandangnya, mentaatimu bila engkau perintahkan dan menjaga dirinya dan hartamu bila engkau tidak di rumah” (HR Thabrani).
4. Berusaha untuk selalu sabar dan menahan diri untuk tidak menyakiti hati suami
Adanya perselisihan atau perbedaan pendapat diantara suami istri terkadang dapat memicu terjadinya pertengkaran kecil atau besar. Bila anda menghadapi keadaan ini, ingatlah, anda sedang berhadapan dengan seseorang yang Allah berikan kepadanya hak yang sangat besar atas diri anda. “Seorang perempuan belum dianggap menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya.” (HR Ibnu Majah). “Tidaklah seorang perempuan menyakiti hati suaminya di dunia, melainkan bidadari calon istrinya (di akhirat) berkata, “Janganlah engkau sakiti dia, Allah membencimu. Sesungguhnya dia disisimu hanya sementara waktu, dan akan berpisah darimu untuk berkumpul dengan kami.” (HR Ahmad).
Istri yang mampu bersikap seperti ini akan selalu dicintai suaminya. Dapat mendampingi suami dalam suka dan duka. Roda kehidupan selalu berputar, kadang manusia mengalami saat-saat yang menggembirakan dimana kehidupan berjalan sesuai dengan harapan. Adakalanya manusia mengalami hal yang sebaliknya. Apapun keadaan yang dialami suami, berusahalah menjadi pendampingnya yang setia. Disaat suka menjadi pengingat agar suami tidak terlena, disaat duka menjadi pelipur lara.
5. Berusaha untuk menjadi perempuan yang bersahaja dalam nafkah dan sederhana dalam penampilan
Istri sebaiknya tidak terlalu banyak menuntut nafkah suami; Dia menerima dengan rasa syukur betapapun sedikitnya pemberian nafkah suami, dan tidak berlebihan (tidak boros) dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami. Pada umumnya laki-laki tidak menyukai perempuan yang berpenampilan seronok dengan wajah penuh riasan tebal, sebaliknya kesederhanaan lebih menarik bagi mereka karena lebih memancarkan kecantikan perempuan, tetapi hal ini tentu saja relative. Allah berfirman, yang artinya : “Berlebih-lebihan (bermegah-megahan) melalaikan kamu, sehingga masuk liang kubur. jangan begitu kamu akan tahu akibatnya, kemudian jangan begitu kamu akan tahu akibatnya, jangan begitu kamu akan tahu akibatnya secara yakin …..(QS. at-Takaatsuur 1-5). ( to be continued )
Penulis :
Muhammad Muhtar Arifin Sholeh
Dosen di UNISSULA Semarang
Ph.D Student di Information School, University of Sheffield UK,
Alumni Aberystwyth University UK, Antropologi UGM, & Tarbiyah IAIN