Habis Gelap Terbitlah Terang (Kartini)
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”, perbincangan kartini dengan Kyai Sholeh.
“Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang” (Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 5 Maret 1902)
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902)
Dan Saat mempelajari Al-Islam lewat Al-Quran terjemahan berbahasa Jawa itulah Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah: 257, bahwa Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur)., Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya. Karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah.
Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Karena Kartini selalu menulis suratnya dalam bahasa Belanda, maka kata-kata ini dia terjemahkan dengan “Door Duisternis Tot Licht” dan diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Semoga muncul kartini-kartini lain yang tercerahkan Minazh-Zhulumaati ilan Nuur.
Tausiah yang disampaikan oleh almarhum HAMKA tentang Minazh-Zhulumaati ilan Nuur (Dari gelap menuju terang), selama 4 (empat) hari, semoga bermanfaat.
www.kibar-uk.org