Dua minggu yang lalu ketika istri mengajak saya untuk melihat konsernya Maher Zain, sebenarnya hati agak enggan untuk mengiyakan ajakanya, ada dua alasan kenapa rasa enggan itu muncul, pertama karena saya sudah lama sekali tidak pernah melihat konser musik dan yang kedua karena saya tidak begitu akrab dengan nama Maher Zain. Tapi karena terus didesak dan diyakinkan bahwa musik yang dibawakan oleh Maher Zain bernuansa religi, disamping juga tempat pertunjukanya di Apollo Hammersmith yang tidak begitu jauh dari tempat kami tinggal sekitar 10 menit berkendara, selain itu katanya Maher Zain cukup dikenal di Tanah Air, akhirnya hati luluh juga dengan ajakan istri kemudian tiketpun dipesan.
Hari H konser yang ditunggu2 tersebut akhirnya tiba, yaitu semalam, sesuai dengan informasi awal yang kami peroleh kalau pintu pertunjukan dibuka pukul 6pm, kami memutuskan untuk berangkat sekitar pukul 5.30pm selepas sholat ashar. Setibanya ditempat pertunjukan, karena kami datang agak mepet dengan waktu dibukanya pintu, kamipun agak kesulitan untuk mendapatkan tempat parkir yang dekat dengan gedung pertunjukan sehingga dengan sangat terpaksa kami parkir agak jauh, kemudian mau tidak mau kamipun harus sedikit jalan kaki menuju tempat pertunjukanya tersebut. Sesampainya ditempat, seperti biasa tiket ditunjukan kemudian oleh salah satu steward diantar ke kursi yang sesuai dan tertulis dalam tiket. Setelah dapat tempat duduk, kejenuhan sedikit menghampiri benak kami karena ternyata konsernya sedikit lama dimulainya.
Satu hal dari beberapa hal yang sangat menarik adalah ketika kejenuhan tersebut tidak terelakan, tiba-tiba salah satu steward mengantarkan seorang penonton ke barisan tempat duduk kami, dan tidak kami sangka ternyata penonton tersebut berasal dari Indonesia dan lucunya kamipun kenal dengan dia, sehingga kejenuhan yang tadinya sudah menyelimuti perasaan kami langsung hilang ditelan oleh hadirnya seorang teman yang tidak kami sangka bisa ketemu di gedung apollo tersebut. Kamipun ngobrol ngalor ngidul kas obrolan orang Indonesia yang biasa SKSD (sok kenal dan sok dekat), tapi nggak apa apa karena hitung-hitung sambil diniatkan untuk menyambung silaturahmi dalam suasana yang tak terduga sebelumnya.
Setelah itu, tidak lama kemudian sang MC pun muncul memberikan sambutan kehangatan ke seluruh penonton sambil memberitahu kalau sebentar lagi konser akan segera dimulai dengan beberapa penyanyi pembuka yang baik saya maupun istri kurang begitu akrab dengan nama-nama penyanyi pembuka tersebut, padahal penonton lainya sudah saling berteriak histeris ketika nama-nama tersebut diteriakan oleh sang MC, kami sendiri tidak tahu apakah karena kami yang kathro, apakah karena ada penyebab lainya sehingga kami tidak begitu kenal dengan nama-nama penyanyi pembuka tersebut. Tapi itu tidak penting, karena kenal atau tidak singkat kata yang jelas mereka tetap membawakan peran mereka secara baik dengan menyanyikan lagu-lagu yang memang bernuansa religi dengan suara yang merdu diiringi oleh musisi yang memadukan secara elok seperangkat alat musik guitar, bas, organ, seruling, drum, bongo serta dilengkapi oleh alat2 perkusi lainya, dan kamipun juga mencoba memerankan peran kami sebagi penonton yang baik pula.
Hal menarik lainya, setelah dua penyanyi pembuka tadi selesai menunaikan tugasnya dengan baik, tiba-tiba sang MC pun muncul dan mengumumkan kalau waktu sholat maghrib telah tiba dan pertunjukan diberi break selama 15-20 menit, kemudian mengarahkan penonton untuk melaksanakan sholat maghrib ditempat yang telah disediakan oleh panitia. Sejurus kemudian adzan maghrib pun berkumandang dalam gedung konser tersebut dan penontonpun berbondong-bondong untuk melaksanakan sholat maghrib ditempat yang telah diarahkan oleh sang MC tadi.
Subhanallah, terus terang saja, seumur-umur melihat konser musik, baru kali ini saya mendengar suara adzan dikumandangkan di dalam gedung konser dan para penontonnya diberi waktu break untuk melaksanakan sholat dan tempatnya juga sudah disediakan oleh panitia. Saya tidak bisa membayangkan apa ya kira-kira yang ada dibenak para penunggu warung snack di gedung konser tersebut yang rata-rata didominasi oleh orang putih, ketika melihat pemandangan tersebut, Subhanallah.
Kemudian setelah semua penonton selesai melaksanakan sholat maghrib dan kembali ketempat duduknya masing-masing, MC pun kembali memberitahukan kalau akan ada satu penyanyi pembuka lagi yang akan tampil sebelum Maher Zain sendiri. Seperti dua penyanyi pembuka yang terdahulu, kamipun juga kembali tidak akrab dengan namanya, wah memang benar-benar kathrok, tapi tidak mengapa, ditengah kekathrokan kami, kamipun masih bisa menikmati suaranya yang merdu yang membalut syair-syair religi sambil sesekali kamipun mengikutinya meski cuma dengan bait yang singkat yang sekiranya kami juga bisa meskipun sebelumnya tidak pernah tahu, la wong baitnya yang kami bisa cuma ucapan alhamdulillah dan masyaAllah saja. Setelah empat lagu, maka selesailah peran penyanyi pembuka ke-3 tadi dengan baik seperti dua penyanyi pembuka sebelumnya.
Setelah itu sang MC muncul kembali sambil memberitahukan pengumuman yang telah ditunggu-tunggu oleh penonton mengenai tampilnya Maher Zain di sesi berikutnya, tapi sebelum Maher Zain tampil, akan dimulai acara pengumpulan sumbangan yang nantinya sumbangan tersebut akan diserahkan ke organisasi charity Islam yang namanya Saving an Orphan, karena memang konser tersebut selain untuk menghibur juga untuk mengumpulkan donasi melalui orgasasi tersebut.
Dimana kemudian sumbangan tersebut nantinya akan didonasikan ke para yatim di berbagai negara diantaranya Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan India. Tidak lama berselang, kemudian sang MC mulai menawarkan paket-paket donasi yang telah dipersiapkan supaya bisa secara optimal mendapatkan donatur sesuai yang ditargetkan yaitu seratus ribu poundsterling. Pertama-tama ditawarkanlah lima paket donasi yang masing-masing senilai dua puluh lima ribu pounds, sehingga kalau bisa terpenuhi maka akan terkumpulah donasi sebesar seratus dua puluh lima ribu pounds, MC pun mulai merayu agar ada yang mau, setelah ditunggu selama lima menit tidak ada yang angkat tangan suasana ruangan pun sedikit sunyi karena masing-masing orang terdiam dan saling pandang sambil celongok kanan-kiri sembari berpikir kira-kira ada apa tidak ya orang yang mau, sesekali MC pun mengutip salah satu ayat di al-quran yang mengingatkan tentang janji Allah SWT kalau kita mau menolong anak yatim, ditengah kesunyian yang merayapi benak penonton karena sambil membayangkan besarnya nominal donasi yang ditawarkan, tiba-tiba menggemalah suara takbir karena salah satu penonton di barisan depan mengangkat tanganya tanda menyanggupi untuk menabungkan uangnya sebesar 25 ribu pounds sebagai bekal di yaumul akhir nanti, Allahu Akbar.Setelah itu ditunggu beberapa saat lagi kalau-kalau ada yang menyusul, tetapi setelah sekian lama tidak ada lagi, kemudian MC kembali menawarkan paket donasi untuk 5 orang dengan besar masing-masing 10 ribu pounds, di fase ini terus terang saya agak lupa ada apa tidak penonton yang mengangkat tanganya.
Karena belum memenuhi target, MC pun menawarkan paket donasi untuk 10 orang dengan besar nominal masing-masing 5 ribu pounds, dan kalau tidak salah pada fase ini terdengar takbir sebanyak enam kali karena ada enam penonton yang mengangkat tanganya, kemudian ditawarkan lagi paket masing-masing 2500 pounds untuk 10 orang, yang tidak disangka kemudian terdengar takbir 11 kali karena sebelas penonton yang mengangkat tanganya, belum cukup sampai disitu MC pun kembali menawarkan paket donasi sebesar seribu pounds masing-masing untuk 10 orang.
Subhanallah, kembali di fase ini terjadi sebuah kejutan yang luar biasa, karena dari 10 gema takbir yang diharapkan, ternyata gema takbir tidak hanya bergema 11,12 atau 15 kali, yang mencengangkan gema takbir berkumandang sebanyak 67 kali, yang artinya ada 67 donatur dari 10 donatur yang ditargetkan, benar-benar sebuah pemandangan yang menakjubkan,
Subhanallah, rasanya tidak kuat mata ini menahan tetes air yang mulai meleleh karena diliputi suasana haru yang luar biasa ketika melihat pemandangan tersebut. Tidak berhenti sampai disitu, donasi dengan nominal 500 pounds dan 365 pounds pun mulai ditawarkan, dan kembali penonton berlomba-lomba untuk mengangkat tanganya untuk memenuhi tabungan yaumul akhir, benar-benar luar biasa.
Setelah sesi pengumpulan dana selesai, akhirnya tampilan konser utama dan sudah dinanti-nanti oleh penonton pun tiba, yaitu Maher Zain. Seperti 3 penyanyi pembuka, Maher Zain pun membawakan lagu-lagu religi seperti yang diceritakan istri saya ketika membujuk saya untuk melihat konser Maher Zain tersebut. Dan seperti layaknya para penyanyi, Maher Zainpun juga cukup komunikatif dengan penonton sambil sekali-sekali mengajak para penonton untuk ikut bernyanyi. Ada beberapa lagu lama yang dibawakan pada malam itu cukup melekat di benak penonton, salah satu diantaranya yang berjudul InsyaAllah. Disamping hit-hit lama, Maher Zainpun juga membawakan beberapa lagu terbarunya diantaranya yang berjudul Number One, yang menurut ceritanya lagu tersebut dibuat untuk menggambarkan cinta seorang anak pada ibunya. Begitulah satu per satu lagu telah dibawakan dengan cukup apik oleh Maher Zain yang diiringi oleh para musisi handal sehingga penonton pun cukup puas dengan acara konser pada malam itu, yang mana juga sebagai ajang untuk penggalian dana.
Setelah Maher Zain membawakan lagu terakhir, dan juga sebelum acara ditutup oleh ke -4 penyanyi yang tampil tadi, MC mengumumkan tentang besaran dana yang telah dikumpulkan pada saat itu, kembali disini terjadi sebuah hal yang paling menarik diantara hal yang menarik yang telah terjadi sebelumnya yang belum pernah saya alami sebelumnya karena melihat sebuah konser musik religi sambil melihat acara penggalangan dana yang menurut saya cukup sukses. Dari hasil penghitungan sementara, menurut pengumuman dari MC, minimal dana yang telah terkumpul adalah sebesar 175ribu poundsterling, Subhanallah, padahal targetnya cuma 100ribu poundsterling, itupun diperkirakan nilai nominalnya masih bisa bertambah karena ada beberapa penonton yang masih sedang mengisi formulir donasinya, benar-benar sebuah pengalaman tersendiri bagi kami.
Wahyu Hansudi
Penulis adalah warga KIBAR yang mukim di London
Foto dari Maher Zain’s Facebook