Pahala Memuji Syukur

image:reuters

Allah berfirman dalam Hadits Qudsi:

Sekiranya Aku uji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, berilah pahala yang bersambungan baginya, sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan (atas amal yang mereka lakukan). (HQR. Ahmad dan Thabarani dalam kitab Mu’jamnya yang tiga, dari Abul-Asy’at as-Shan’ani).

Kata ibtalaitu berasal dari ibtilaa artinya: cobaan dan ujian.

Setelah menusia diciptakan oleh Allah S.W.T.. dan diberikan rizkinya, dengan menyerahkan isi langit dan bumi kepadanya, dan meratakan ni’mat kepadanya, tidaklah ia dibiarkan begitu saja dengan seenaknya, tetapi diberikan pula ujian dan cobaan: Apakah ia bersyukur atau inkar dan kufur.

Cobaan dan ujian itu meliputi yang baik dan yang buruk, Firman Allah S.W.T.

 Kami akan menguji dan mencoba kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai batu ujian, dan kepada Kami kali­an dikembalikan. (Q.S. 21 Al-Anbiya’ : 35)

 

Oleh karena itu Nabi saw. selalu memohon, (untuk mengajari ummatnya bagaimana seharusnya memohon agar diuji dan dicoba dengan yang baik saja.

Beliau berdo’a :

 Ya Allah, kami memohon agar Engkau jangan  menguji kami, kecuali dengan hal-hal yang lebih baik.

Ujian yang buruk ada yang ringan dan ada pula yang berat, seperti;  tertusuk  jarum,   tidak mau tidur, gelisah, kehilangan, kecopetan, kecurian, percekcokan, kebakaran, tertabrak, tengge-lam, kemalangan, duka cita, kerumitan, dan sebagainya.

Ujian yang baik adalah segala macam nikmat yang diberikan Allah S.W.T. seperti: Nikmat sehat, nikmat umur, nikmat ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Betapa banyaknya nikmat yang diberikan Allah S.W.T. sehingga tidak dapat dihitung dan tidak ada batasnya, sebagaimana juga banyaknya cobaan dan ujian Allah yang buruk.

Dengan cobaan Allah yang buruk ataupun baik ini akan terlihat bagaimana perilaku seorang Mukmin yang diuji itu, apakah sesuai dengan tuntunan Allah S.W.T. atau justru bertentangan. Allah memberitahukan kepada kita tentang adanya ibtila’ adanya cobaan dan ujian yang meliputi segala bidang penghidupan dan kehidupan.

Dengan pemberitahuan ini diharapkan setiap Mukmin dapat menerima dan memahami akan adanya sunnatullah; ada masa senang dan ada masa susah, ada masa tenang dan ada masa menderita. Demikianlah silih berganti tidak tetap dalam satu keadaan. Orang dapat lulus dan menang dalam menghadapi cobaan dan ujian ini, akan tetapi ada pula yang gugur dan gagal.

Dalam Hadits Qudsi yang tersebut di atas, Allah S.W.T. telah menunjukkan caranya agar lulus, yaitu agar tetap syukur kepada Allah yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti: tahan menderita, tabah, sabar, berusaha mencari jalan keluar, bertawakal dan berserah diri kepada-Nya dengan dasar Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Penyerahan diri ini hendaknya diikuti do’a memohon kembali kepada-Nya, dengan do’a karab (do’a kemalangan   dan   penderitaan) sebagaimana  do’a  Nabi  Yunus a.s. yang telah diajarkan oleh Nabi saw. kepada kita :

  1. Tiada Tuhan kecuali Engkau. Sesungguhnya   aku   pernah    melakukan   pekerjaan    dhalim.
  2. Allah  pemberi  kecukupan  kepadaku  dan  sebaik-baik tempat berserah diri.
  3. Tiada   Tuhan   kecuali  Allah   Yang  Maha Agung  dan Maha Penyantun.
  4. Tiada Tuhan  kecuali Allah yang memiliki ‘Arsy yang Agung.
  5. Tiada Tuhan kecuali Allah yang mengurus langit, bumi dan ‘Arsy yang mulia.

Mengenai pahala yang dikaruniakan Allah S.W.T. ada dua macam: pahala yang diberikan hanya sekali menurut perbuatan baik yang dilakukan seseorang, dan ada pahala yang diberikan terus menerus seperti pahala wakaf, Oleh karena itu wakaf itu disebut shadaqah jariah artinya shadaqah yang pahalanya terus menerus diberikan selama barang wakaf itu masih ada.

Hadits Qudsi di atas menunjukkan bahwa amal kebaikan yang dilakukan terus menerus oleh seseorang akan mempunyai pahala dan ganjaran yang terus menerus pula. Apabila amalnya terhenti karena adanya ibtila’, misalnya sakit, sehingga terhenti shalat tahajjud, dzikir, baca shalawat atas Nabi atau wirid mem-baca Quran setiap hari, maka pahala amal kebaikan tersebut di atas, tetap diberikan kepadanya secara beruntun terus menerus, atas kelimpahan kurnia dari Allah S.W.T.

Kita renungkan beberapa ayat di dalam al-Quran yang mengungkapkan tentang bala’ dan ibtila’ dengan segala macam bentuk-nya sebagaimana yang telah kita uraikan di atas :

Sesungguhnya kalian akan diuji tentang harta dan diri kalian, dan kalian akan  banyak mendengar perkataan yang menyakitkan hati, dari orang-orang yang  mempercayai kitab yang diturunkan sebelum kalian, dan dari orang-orang yang  mempersekutukan Allah (penyembah berhala). Dan  kalau kalian sabar memelihara dan menjaga diri),  sesungguhnya itu termasuk perkara keteguhan hati yang utama.(Q.S. 3 Ali Imran, 186)

Dialah yang menjadikan kalian penguasa di bumi, dan sebagian kalian ditinggikan Allah beberapa derajat dari yang lain, Karena Allah hendak menguji kalian tentang, apa yang dikaruniakan-Nya kepada kalian[1]. Sesungguhnya Allah sangat cepat menjatuhkan hukuman, dan sesungguhnya Dia Pengampun dan Penyayang. (Q.S. Al-An’am 165)

Dan bagi-bagi mereka di dunia, menjadi beberapa bangsa, di antaranya ada orang-orang yang baik dan ada pula yang tidak, serta Kami uji mereka dengan (peristiwa) yang baik dan yang buruk, supaya mereka kembali (ke­pada kebenaran) (Q.S. 7 Al-A’raf : 168)

Sesungguhnya Kami jadikan apa-apa yang ada di atas bumi, ialah untuk menjadi perhiasan baginya, karena Kami hendak menguji siapakah di antara mereka yang paling baik pekerjaan (amal)nya.(Q.S. 18 al-Kahfi : 7)

Dan sesungguhnya Kami akan menguji kalian, sehingga terbukti siapa di antara kalian yang melakukan jihad sebenarnya dan siapa yang sabar. Dan. Kami akan meng­uji sepak terjang kalian. (Q.S. 47 Muhammad : 31)

Maha Berkat Allah yang di tangan-Nya kerajaan dan kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan[2] karena Dia hendak menguji kalian siapa yang paling baik amalnya, dan Dia Maha Penguasa dan Maha Pengampun. (Q.S.67 Al-Mulk  : 1 – 2)

¨Adapun manusia apabila diuji oleh Rab~nya, diberi-Nya kemuliaan dan kesenangan hidup, dia mengatakan Rabbi memuliakan aku. Tetapi apabila la mengujinya, lalu dibatasi rizkinya, diapun berkata pula: “Rabbi menghinakan aku”[3]. (Q.S. 89 al-Fajr : 15-16)

Adapun kata-kata pujian yang tercantum dalam Hadits Qudsi  di atas dengan kata fahamidani banyak sekali terdapat dalam Quran dan memerintahkan kepada kita untuk melakukan pujian kepada-Nya.

 

Marilah kita bersama-sama memohon ke hadirat Allah agar memberikan kepada kita cara penerimaan yang baik ketika menerima dan menderita bala’ dan ibtila’ daripada-Nya, agar mengkurniakan kepada kita iman yang benar dan agar mendapat keikhlasan memuji dan memuja kepada-Nya dalam segala hal dan setiap waktu dan tempai. Amin ya robbal ‘alamin.

 

 

Sumber (dengan sedikit penyesuaian):

Hadits Qudsi

Firman Allah yang tidak dicantumkan dalam Al-Qurán

Pola Pembinaan Akhlak Muslim

K.H.M. Ali Usman, H.A.A. Dahlan, Prof H.M.D Dahlan

CV Penerbit Diponegoro Bandung

Cetakan XIX

2005

 



[1] Berupa perbedaan tingkatan dan kedudukan dalam masyarakat, Hal ini bukanlah diadakan Allah untuk rnemberikan kesempatan yang satu buat menekan dan menganiaya yang lain, tapi hanyalah untuk memudahkan penyusunan masyarakat mencapai kebaikan dalam hidup bersama. Barang-siapa yang tidak sanggup melalui ujian itu, tentulah akan jatuh dan beroleh hukuman yang setimpal.

[2] Kematian dalam arti sebelum ada apa-apa, sebelum Allah memberikan kehidupan, dan dalam arti mati sesudah hidup dan tinggal di alam Barzah sebelurn hari bangkit.

[3] Janganlah kemuliaan dan kehinaan itu diukur dengan harta benda lahir, melainkan ukurlah dfngan yang lebjh dalam yaitu kebenaran, ke-jujuran, kesusilaan dan sebagainya.