Reading Supplement #12
Ditulis oleh: Andika Yudha Utomo
Herkes kendi yıldızının demircisi (Setiap manusia adalah penempa untuk dirinya sendiri) – Turkish Proverb
Herkes kendi yıldızının demircisi, salah satu pepatah dari sekian banyak nasihat bijak bangsa Turki, yang artinya kurang lebih: yang menentukan nasib kita tidak lain adalah diri kita sendiri (dengan pertolongan dari Allah tentunya), setiap langkah yang kita lakukan akan menentukan ke arah mana diri kita menuju di masa depan.
Saya lupa memasukkan informasi penting di edisi sebelumnya. Untuk menghemat pengeluaran transportasi, kita dapat membeli Istanbulkart di vending machine yang ada di banyak halte/stasiun di Istanbul (http://istanbulkart.iett.gov.tr/en/istanbulkart/pages/menu/427), dan untuk menghemat biaya masuk tempat wisata, kita dapat menggunakan Muzekart seharga 85 lira untuk lima hari (http://www.muzekart.com/en/museum-pass/about_27.html).
Kamis, 24 Maret 2016
Ini adalah hari kedua perjalananku di negeri yang terbelah. Hari ini Bening ada deadline tugas kuliah dan terpaksa menyelesaikannya di flat, hingga tinggal kami (Aku dan David, turis dari Kanada) yang bertualang hari ini.
Setelah sarapan dan bebersih diri di flat, aku dan David menuju halte bus untuk pergi ke Eminonu, daerah tepi selat Bosphorus yang sama yang telah kami kunjungi kemarin. Hari ini tujuan kami adalah Istana Topkapi (Topkapı Sarayı) dan Bosphorus Boat Tour. Namun sebelum itu semua, kami mampir sejenak di Eminonu untuk menghirup semilir angin laut, melihat atraksi burung beterbangan, dan menikmati santap pagi berupa kebab ikan.
Kami duduk di salah satu kedai restoran terapung di Eminonu. Kedai tersebut hanya menyediakan satu menu makanan, kebab ikan, seharga 8 lira (Sekitar Rp 36.000). Kami mengira bahwa ikan yang sedang dimasak secara langsung on the spot adalah ikan tangkapan dari lokasi yang sama. Namun seorang informan menyatakan bahwa sebenarnya ikan-ikan tersebut diimpor dari negara lain. *Jeng jeng*. Lalu untuk apa bergaya masak di atas perahu segala? Ya, tentu untuk menarik perhatian turis 🙂
Setelah santap pagi ditemani semilir angin pantai, kami melanjutkan perjalanan kaki menuju Sultanahmet Square. Istana Topkapi berada tepat di sebelah Aya Sofia. Pembangunan istana di samping masjid ini menandakan pentingnya integrasi antara ibadah dan kehidupan dunia bagi kesultanan Ottoman.
Setelah menempuh beberapa langkah dari Aya Sofia akhirnya kami sampai di Istana Topkapi. Istana ini dibangun tahun 1459 atas perintah dari Sultan Muhammad Al-Fatih, enam tahun setelah kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) ditaklukkan oleh Imperium Ottoman. Istana ini adalah tempat tinggal raja dan keluarganya selama hampir 400 tahun, mulai dari 1465 hingga 1856, sebelum berpindah ke Istana Dolmabahce di sisi lain kota Istanbul.
Istana ini memiliki halaman yang sangat luas dan indah, dipenuhi pepohonan dan bermacam-macam bunga, seperti Lavender dan Tulip. Karena kami mengunjungi Turki di awal musim semi, pepohonan besar masih dalam keadaan meranggas demi bertahan dari dinginnya musim dingin. Namun, kami datang di waktu yang tepat dimana bunga-bunga mulai bermekaran.
Di halaman istana juga ada toko suvenir khas Istana Topkapi. Di sana kita dapat membeli kartu pos, note book, kaus, dan bahkan buku ensiklopedia Sultan Turki. Kita juga bisa berpose menggunakan kostum Kesultanan Turki dengan membayar sejumlah lira.
Setelah berjalan melewati halaman luas, kami sampai di gerbang depan Istana Topkapi. Mulai dari gebang ini, kita membutuhkan tiket untuk masuk. Di gerbang ini juga ada pemeriksaan barang bawaan menggunakan sinar X seperti di bandara, karena kondisi Turki yang sedang kurang kondusif.
Istana Topkapi berada di daratan yang lebih tinggi dari sekelilingnya, oleh karena itu kita dapat melihat aktivitas transportasi di Selat Bosphorus, selat yang memisahkan dua benua dan menjadi arus utama untuk pertukaran barang antara Benua Asia dan Eropa.
Sebagian besar bangunan di kompleks Istana Topkapi memiliki lukisan, ukiran, dan keramik dinding yang mengagumkan dan sangat detail. Tidak terbayangkan bagaimana cara membuat hiasan tersebut secara manual di masa lampau.
Setelah melihat keindahan taman Istana Topkapi, dan mengagumi tingkat detail hiasan interior setiap bangunannya, kami kembali berjalan kaki menuju Eminonu untuk melaksanakan misi selanjutnya, Bosphorus Tour.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, kami menaiki kapal dan siap berangkat. Hal pertama yang menarik perhatianku setelah kapal berlayar adalah tulisan rumus fluida di bangunan Istanbul Modern, museum seni kontemporer di tepi selat Bosphorus. Kenapa ya yang ditulis itu rumus fluida, bukan hal lainnya yang lebih ‘indah’? XD
Sepanjang perjalanan di selat Bosphorus, kita dapat menyaksikan bangunan-bangunan warisan Imperium Ottoman di masa lalu. Salah satunya adalah masjid imperial yang aku lupa namanya. Hampir semua masjid imperial di Istanbul memiliki arsitektur serupa, yang membedakan adalah nama, lokasi, dan ukuran masjid.
Beberapa saat kemudian kami melintasi Benteng Rumeli (Rumelihisarı). Benteng ini dibangun antara tahun 1451 dan 1452 atas perintah dari Sultan Muhammad Al-Fatih. Benteng Rumeli memiliki peran penting dalam proses penaklukan Konstantinopel. Pasukan Ottoman mengatur lalu lintas perairan Bosphorus dari dan ke Konstantinopel serta mencegah pasokan makanan dan bantuan untuk Konstantinopel selama proses pengepungan berlangsung dengan menempatkan 400 orang pasukan elit Yeniseri di benteng ini.
Setelah penaklukkan Konstantinopel, benteng ini berfungsi sebagai gerbang bea cukai untuk mengontrol kapal yang lewat. Lalu di abad ke-17, benteng ini difungsikan sebagai penjara untuk para tahanan perang.
Istanbul adalah kota yang terbelah. Sebagian berada di sisi benua Eropa, dan ada bagian lain di sisi benua Asia. Penduduk kota ini setiap hari berlalu-lalang di antara kedua sisi kota tersebut untuk bekerja. Oleh karena itu, pemerintah Turki membangun dua buah jembatan yang menghubungkan kedua sisi kota. Salah satunya diberi nama Jembatan Muhammad Al-Fatih sebagai penghargaan atas jerih payah beliau di masa lampau.
Hari sudah mulai gelap setelah tur berakhir, aku dan David memutuskan untuk kembali ke flat, mengistirahatkan diri untuk perjalanan di hari berikutnya. Jangan lewatkan kisah hari ke-3 (dan terakhir) perjalanan kami di Istanbul pada pekan depan 🙂
(Turut berduka atas persitiwa yang sangat tidak bertanggung jawab di Bandara Attaturk Istanbul, semoga para korban diberikan tempat terbaik di sisi Allah, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan keikhlasan.)
(*)