Mahasiswa Istiqomah Kenalkan Islam di Inggris

Sambutan dari Prof. Chris Brink

Neil (36) tidak menyangka hidupnya berubah drastis dalam waktu singkat. Berawal dari sekadar ingin melihat-lihat ke dalam tenda putih tenda putih yang sedang berlangsung acara pengenalan islam di depan Student Union newcastle University, lelaki Inggris ini menemukan belasan pemuda-pemudi dengan senyum ramah siap memberikan informasi apa pun mengenai Islam. Tanpa direncanakan, Neil duduk bersama salah satu pemuda dan memulai obrolan ringan. tak terasa, obrolan tersebut mengalir menjadi diskusi seru yang membuka tabir-tabir wawasannya. tentang apa itu islam, siapakah Allah, siapakah Muhammad, siapa saja yang disebut Muslim, dan topik lainnya. Terlahir sebagai Kristen, Neil sudah lama menolak Yesus sebagai tuhan. Dia menerima Yesus sebagai salah satu lelaki pilihan, tapi tidak untuk disembah. Lewat diskusi tersebut, berbagai hal yang mengganjal benak Neil pun terjawab tuntas. Dan ia langsung menyatakan kemantapan hatinya. “Saya ingin menjadi Muslim, saya harus bagaimana sekarang?” tegasnya.

Seketika tenda putih berukuran 20×6 meter itu dipenuhi wajah-wajah haru saudara Muslim yang menggema takbir. “Kita mendapat keberkahan datangnya saudara baru!” pekik beberapa di antaranya. Proses pengislamannya pun segera dilaku kan. Dan di sore itu, Neil lahir dengan jiwa yang baru.

DEKATKAN ISLAM PADA MASYARAKAT

Vice Councelor, Chris Brink, bercakap dengan seniman kaligrafi Richard McLeod

Peristiwa tersebut merupakan sekelumit cerita yang ada dalam acara tahunan Islamic Week yang diadakan pada 5-9 Maret 2012 oleh Islamic Society (iSoC) di Newcastle University, inggris.  Newcastle University merupakan salah satu universitas papan atas di inggris. Dari data yang diluncurkan oleh The Sunday Times tahun 2011, kampus ini menempati posisi 12 dari 30 universitas top di Inggris. Tahun ini, acara yang bertajuk “Islamic Week: Discover Islam” dibuka resmi oleh Vice-Chancellor Newcastle University, Professor Chris Brink. Dalam sambutannya ia mengungkapkan kegembiraannya oleh kerja keras mahasiswanya dari iSoC yang tekun dalam memperkenalkan Islam.

“Saya senang sekali dengan Islamic Week. Saya sangat menghargai kerja keras mahasiswa dari iSoC. apa yang mereka lakukan sejalan dengan kebijakan kampus untuk menghadirkan kampus yang open for all, saling menghormati dan hidup harmonis,” ujarnya.

Usai sambutan, pejabat kampus dan pengunjung dipersilakan untuk berkeliling melihat sajian acara ini. ada sejumlah poster berisi informasi tentang islam berjajar di sepanjang tenda. Yang menyukai dunia seni bisa pula minta dibuatkan kaligrafi nama mereka pada seniman kaligrafi, Richard Macleod.

Di meja-meja juga sudah tersedia aneka buku, majalah, serta al-Qur’an terjemahan berbahasa Inggris. Dan sebe­lum meninggalkan tenda, mereka bisa singgah di meja pelayanan yang menghi­dangkan sandwich aneka isi, samosa, cokelat, kue, teh, jus dan kopi untuk disantap.

Saat petang, diseleng­garakan pula beberapa kuliah umum mengenai berbagai topik menarik, seperti sejarah pengobatan Islam, nabi Muhammad saw sebagai role model, dan hal perlu kita ketahui tentang Islam tetapi takut ditanyakan.

Selain itu, ada juga short talk dari Zainab (24), lulusan jurusan Kimia Newcastle University yang sedang menjalani pendidikan guru sekolah dasar, bercerita tentang posisi perempuan dalam islam. Materi-materi ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan demi mengikis kesalahpahaman dunia barat mengenai Islam.

PEKAN BERKAH BERTAMBAH KELUARGA

Tiap tahun ada saja pengunjung yang mendapat­kan hidayah dan kekuatan dari Allah swt melalui sesi diskusi pada Islamic Week. Suhail, dari Islamic Diversity Center, menjelaskan pada Islamic Week tahun lalu saja ada tujuh orang yang masuk islam. “Ya, bisa sehari satu,” tegasnya.

Saudara-saudara Muslim yang baru ini mendapatkan dukungan penuh dari iSoC, Islamic Diversity Center (iDC), dan masjid di daerah setem­pat. ada program mentoring sekali sepekan untuk mereka terkait hal-hal mendasar, seperti belajar membaca Al­ Qur’an, tata cara shalat, dan lainnya. Sekali sebulan iDC juga menyelenggarakan acara silaturahim bagi para mualaf agar semakin kuat dan selalu merasa memiliki saudara se­iman. “Kita akan terus mene­mani mereka sampai mereka nyaman,” tambah Suhail.

Biasanya pada siang hari saat jam makan siang, tenda menjadi lebih ramai. Para pengunjung yang berham­buran masuk, langsung disambut dengan ramah dan sigap oleh volunteers. Kesiapan mereka menyambut para pengunjung diikuti oleh kesiapan menjawab segala pertanyaan yang terlontar.

“Ada sekitar 20 panitia dan volunteers,” jelas Muhammad, ketua iSoC. “Mereka berasal dari kurang lebih sepuluh negara asal,” ujarnya setelah menghitung negara asal orang-orang iSoC. Bendahara iSoC tahun ini dipegang oleh mahasiswa Ph.D asal Indonesia, Tri Widayatno.

Salah satu pengunjung, Phillip Andre, mengaku selalu datang ke Islamic Week tiap tahun, walaupun dia bukan Muslim. Hampir tiap bulan, Phillip berkoordinasi dengan iSoC mengatur kunjungan murid-murid sekolah dasar ke masjid kampus. Sampai­-sampai Phillip hafal jumlah dan lokasi masjid di Newcastle.

“Saat ini saya tidak sibuk lagi,” kata lelaki paruh baya itu. “Semua sudah tahu cara menghubungi teman-teman iSoC. Mereka bisa datang ke masjid tanpa saya temani. My mission is completed,” ungkapnya dengan mata berbinar. Belakangan  diketahui, Phillip adalah pimpinan Multicultural Centre di North Tyneside Council.

Inggris bisa dibilang seba­gai negara paling ramah Mus­lim di Eropa selain Swedia. Muslimah berjilbab (bahkan bercadar) bebas beraktivitas tanpa batasan. Salah satu menteri konservatif yang berkuasa juga Muslimah.

 

Mengenai penulis

Maimon Herawati
(Mahasiswa Ph.D Media Studies Newcastle University)

Artikel ini dimuat juga dimajalah Ummi

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.