Allah swt berfirman, yang artinya; “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS an-Nahl 16:78); “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS al-Israa 17:36).
Perhatikan ayat-ayat tsb di atas; Ada urutan “Pendengaran” (as-sam’a), lalu “Penglihatan” (al-abshar/al-bashar), & “hati/akal-budi” (al-Fuaad). Urutan tersebut sangat boleh jadi merupakan urutan (tahap-tahap) dalam mempelajari/menguasai suatu bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Arab & Inggris.
Tahap 1. “Pendengaran” (as-sam’a):
Dalam bhs Inggris saya sebut dengan “Listening Step” (Tahap Pendengaran). Tahap ini menunjukkan bahwa setiap orang (setiap anak balita) menguasai bahasa dimulai dengan aktifitas telinganya, yaitu mendengar suara yang keluar dari mulut manusia (terutama dari mulut seorang ibu), sehingga kemudian bahasa pertama ini disebut dengan “bahasa ibu” (mother tongue). Bayi dilahirkan dalam keadaan “laa ta’lamuuna syai’an” (QS 16:78 – tidak tahu apa-apa, tanpa ilmu), lalu dalam menguasai suatu bahasa, kegiatan telinga (mendengar) adalah kegiatan pertama.
Pasangan “mendengar” adalah “berbicara”, sehingga dalam bhs Inggris, misalnya, “listening” berpasangan dengan “speaking”. “Listening-speaking” menjadi satu paket langkah awal yg harus dilakukan dalam menguasai bahasa Inggris. So, jika kita mengajari bhs Arab, Inggris atau bhs ‘asing’ lainnya mulailah secara kuat dari paket awal tersebut. Kenyataan memang demikian, misalnya, anak-anak Indonesia yg dibawa oleh org tuanya (yg tugas belajar di luar negeri – e.g. UK, US, Canada, Australia, etc.), menguasai bhs Inggris secara cepat dengan mendengar & berbicara. Inilah Teori al-Quran tentang tahap awal penguasaan bahasa.
Tahap ini hendaknya benar-benar dimatangkan sebelum masuk tahap-tahap berikutnya. Namun kenyataan menunjukkan, lihatlah pengajaran bhs Inggris di sekolah-sekolah di Indonesia – terutama generasi lama (kurikulum lama), tahap awal (“Listening-Speaking Step”) belum matang benar (bahkan baru pengantarnya saja), lalu dilanjut dengan tahap kedua, bahkan sering melincat ke tahap ketiga. Oleh karena itu “banyak yg jatuh” karena loncatan yg terlalu jauh, karena tidak melalui tahap-tahap yang benar, yg digariskan dlm al-Quran. Kebanyakan pelajar Indonesia sangat lemah dalam “listening-speaking”, iya apa iya ?? iyaaaaa… Mari introspeksi diri…., terutama untuk guru/dosen bhs Inggris.
Tahap 2. “Penglihatan” (al-abshar/al-bashar):
Tahap kedua ini adalah tahap “penglihatan”, yg dalam bahasa Inggris disebut dengan “Reading Step” (Tahap baca). Reading tentunya berpasangan dengan writing, karena memang tidak bisa membaca tanpa ada tulisan. So, tahap kedua ini boleh disebut dengan “Reading-writing Step”. Pelajaran ttg “reading” ada dua; “reading pronunciation” dan “reading comprehension”.
“Reading pronunciation” adalah cara belajar membaca dengan tepat, yaitu membaca dengan “tartil”, dengan “mahraj” atau “tajwid” yg tepat, dengan “kefashihan” yg bagus. Reading jenis ini dapat dilalui dg terlebih dahulu menguasai tahap pertama tsb di atas, yaitu mendengar, menirukan, lalu praktik membacanya. “Reading comprehension” adalah cara belajar membaca yg lebih tinggi, yaitu membaca dalam rangka memahami isi bacaan. Penguasaan kosa kata (vocabulary – meaning), jenis kata (parts of speech), kata ubahan (derivation word), dan tata bahasa (grammar) menjadi sangat penting untuk jenis reading ini. Oleh karena itu, secara teknis, belajar membaca jenis ini bisa dilakukan dengan agak bersamaan dengan tahap ketiga mempelajari bahasa.
Tahap kedua ini juga berkaitan erat dengan writing. Hal-hal yg perlu diperhatikan dalam writing adalah sama dg reading, yaitu vocabulary, meaning, spelling, parts of speech, derivation word, dan grammar. Pada pelajaran menulis tingkat lanjut (menulis ilmiah untuk memahami apa yg ditulis) bisa dilakukan dengan agak bersamaan dengan tahap ketiga mempelajari bahasa.
Inga…! ingaa….! remember ! dalam tahap ini al-Quran mengingatkan bahwa kegiatan baca-tulis harus dilandasi/diniati karena Allah, atas nama Allah. Allah swt berfirman surat al-’Alaq (segumpal darah) ayat 1 – 5:
1. Iqra’ bismi rabbikal-ladzii khalaq – bacalah ! dengan (menyebut, atas) nama Tuhanmu yang menciptakan
2. Khalaqal-insaana min ‘Alaq – menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Iqra’ wa rabbukal-akram – bacalah !, dan Tuhanmulah yang paling pemurah
4. Alladzii ‘allama bil-qalam – yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam / pena
5. ‘Allamal insaana maa lam ya’lam – yang mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya
Tahap 3. “hati/akal-budi” (al-Fuaad):
Tahap terakhir ini adalah “tahap berpikir” (Thinking Step), yaitu tahap analisis bahasa. Tahap ini merupakan tahap tingkat tinggi karena harus menganalisis bahasa dari segi etimologi, terminology, tata bahasa, tata tulis, tata karangan, dsb. Tahap ini dapat dengan baik dilakukan jika sudah benar-benar matang dalam tahap-tahap sebelumnya. Selain itu, tahap ini juga berbicara soal “nilai-nilai” dalam bahasa, seperti nilai halal-haram, sopan-santun, manfaat-sia2, dsb-dsb. Nilai-nilai inilah harus dimasukkan dalam listening, speaking, reading, dan writing. Nilai-nilai ini sering dilupakan banyak orang. So, dapat diambil pelajaan, “mendengarlah dg baik suara orang lain”, “berbicaralah yg menyenangkan orang lain”, “bacalah hal-hal yg bermanfaat untuk diri sendiri & orang lain”, dan “tulislah hal-hal baik secara jelas utk dibaca sendiri & dibaca orang lain”.
Akhirnya, mari jadikan al-Quran sebagai petunjuk hidup dalam hal apa saja, termasuk dalam hal menguasai suatu bahasa, melalui tahap: “listening-speaking, reading-writing, and thinking staps”. Allah swt berfirman, yg artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)……..” (QS al-Baqarah 2:185).
(Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, dosen di UNISSULA Semarang, sedang study S-3 di Inggris).