Konsultasi Kesehatan: Bayi dan Konstipasi

Assalamu’alaikum wr. wb.
Putra saya berusia hampir 5 bulan. Saat ini masih ASI eksklusif, karena saya merencanakan tanpa bantuan asupan makanan lain sampai berusia 6 bulan nanti Insya Allah. Akhir-akhir ini, buang air besarnya mulai jarang, bahkan kemarin tidak sama sekali dan baru hari ini buang air (dua hari satu kali). Padahal ASI banyak & lancar, minumnya juga kuat. Waktu buang air tadi pun sama sekali tidak menunjukkan kesakitan. Pertanyaan saya adalah apakah hal ini wajar terjadi pada bayi? Kalau sudah begini, apa yang sebaiknya saya lakukan dan bagaimana pencegahannya ? Jazakillah khoir.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

IL

Jawaban:
Wa alaikumusalam wr. wb.
Terima kasih atas pertanyaannya. Insya Allah kami akan mencoba menjawab kekhawatirannya.
Kesulitan buang air besar atau sembelit dalam bahasa kedokterannya disebut sebagai konstipasi. Konstipasi sendiri adalah gejala sangat sering dijumpai dan tidak mengenal batas usia. Batasannya secara umum (terutama untuk orang dewasa) adalah buang air besar kurang dari 3 kali seminggu, atau harus mengedan, dengan kotoran yang keras atau seperti butiran kecil-kecil, dan ini  sering terjadi atau lebih dari 25%  dari jumlah keseluruhan.
Yang perlu diingat adalah untuk bayi berbeda batasannya tentang konstipasi. Bayi, apalagi yang masih ASI eksklusif jarang mengalami konstipasi. Pada bayi, batasannya lebih tergantung pada bagaimana konsistensi kotorannya daripada frekuensinya. Jadi bayi dibilang mengalami konstipasi jika kotorannya keras, berbutir-butir, atau jika sangat besar, keras, dan susah dikeluarkan. Bahkan ada yang mengatakan bayi mengalami konstipasi jika konsistensinya lebih kasar dari selai kacang (peanut butter) dan terlihat kesusahan mengeluarkannya.
Bayi yang disusui secara ekslusif jarang mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan ASI sangat mudah dicerna dan terdapat beberapa jenis kuman dalam ususnya yang dapat membantu mencerna protein yang sulit dicerna dalam susu. Selain itu bayi yang menyusui juga memiliki kadar hormon motilin yang lebih tinggi, yang meningkatkan gerakan usus. Namun setelah sering mengeluarkan kotoran dalam 1-2 bulan pertama, frekuensinya akan makin jarang. Bahkan ada yang hanya buang air besar 1-2 minggu sekali. Asalkan konsistensi kotorannya lunak/encer dan dia tidak kesulitan mengeluarkannya, maka masih dianggap normal. Sebagian besar sumber mengatakan jarangnya frekuensi ini disebabkan ASI dicerna sangat baik sehingga hampir tidak ada sisanya yang menjadi kotoran. Biasanya setelah bayi mulai makan makanan padat, seperti bubur, maka perlahan buang air besarnya akan menjadi lebih teratur dan lebih padat.
Walau banyak penyakit yang dapat menyebabkan konstipasi pada anak, seperti penyakit Hirschsprung, fibrosis kistik, dan hipotiroidisme, tetapi sebagian besar penyebabnya pada anak bukanlah penyakit.
Perlu dicatat ada beberapa keadaan dimana buang air besar yang tidak teratur pada bayi yang menyusui dikatakan sebagai tidak normal. Gejala-gejala ini yang harus diwaspadai, misalnya konstipasi pada bayi yang:

  • Baru berumur beberapa minggu/sebulan, karena ini menandakan ASI yang diberikan tidak cukup untuk bayi tersebut.
  • Tidak mengalami kenaikan berat badan dengan baik, karena ini juga merupakan tanda tidak cukup mendapat makanan, gagal tumbuh, atau adanya penyakit lain
  • mengalami penundaan keluarnya mekonium (kotoran kehitaman yang pertama kali keluar pada bayi baru lahir) sejak hari-hari pertama hidupnya dan terus mengalami masalah dalam mengeluarkan kotoran sejak lahir. Ini mungkin merupakan tanda penyakit Hirschsprung. Pada penyakit ini terdapat kelainan pada saraf usus.
  • Ditemukan adanya darah pada kotorannya.
  • Diikuti gejala-gejala lain, seperti muntah, penurunan berat badan, kenaikan berat badan tidak sesuai, demam, perut kembung, atau nafsu makan berkurang.

Dari NHS sendiri, bagi bayi dengan konstipasi yang belum mulai makan makanan padat, yang pertama dianjurkan adalah memberikan tambahan air putih di antara makanannya. Selain itu juga dibantu dengan menggerakkan kaki bayi perlahan seperti gerakan bersepeda atau memijat perutnya secara lembut untuk membantu merangsang gerakan ususnya. Pijatan dimulai dari pusar kemudian memutar keluar sesuai arah jarum jam. Boleh diberikan minyak/krim untuk memijatnya dan dapat dilanjutkan bila respon bayi baik. Gerakan bersepeda sendiri ditujukan supaya otot perut bergerak, sehingga secara lembut akan menekan usus agar bergerak. Selain itu mandi air hangat juga dapat menyebabkan bayi lebih relaks sehingga kotoran dapat keluar lebih mudah. Pijatan bisa dilakukan saat mandi. Saat membersihkan bagian belakang bayi (pantat), dapat diberikan krim/petroleum jelly (vaseline) di daerah sekitar dubur. Kalau bayi sudah mulai makan makanan padat dapat dianjurkan untuk minum jus/bubur yang kaya serat nanti. Bila dengan bantuan tersebut belum berhasil juga dan bayi terlihat memang kesulitan untuk buang air besar, sebaiknya dibawa ke dokter/GP agar dapat diperiksa dan bila perlu akan diberikan obat laksatif untuk membantu mengeluarkan kotoran.
Kami juga sudah sempat berdiskusi dengan dokter spesialis anak dari Indonesia. Menurut beliau, selain penyebab di atas, kotoran tersebut mungkin lengket/menempel di dinding usus sehingga sulit untuk keluar. Anjurannya minum air putih yang banyak dan dapat juga dibantu pijat perut secara perlahan. Biasanya bila lebih dari 5 hari baru mereka akan meresepkan obat laksatif khusus bayi, kalau perlu, atau bisa juga dengan membuat sabun bayi menjadi berbentuk peluru kecil yang dapat dimasukkan ke dalam duburnya. Insya Allah karena terbuat dari sabun bayi maka tidak akan mengiritasi usus dan biasanya langsung dikeluarkan lagi dari dubur dalam waktu dekat (hanya melicinkan saja).
Semoga penjelasan ini dapat membantu menghilangkan kekhawatirannya dan semoga ibu dan anak selalu dalam keadaan sehat walafiat.

Wassalam,
Tim Konsultasi